Selasa, 19 Februari 2013

BENIGN PROSTAT HIPERTROPY ( BPH )

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BENIGN PROSTAT HIPERTROPY ( BPH )
A.  DEFINISI
Hiperplasia prostat jinak ( benign prostatic hyperplasia, BPH )adalah pembesaran kelenjar prostat non-kanker. BPH dijumpai pada lebih dari 50% pria berusia di atas 60 tahun.
BPH adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.
Prostat Hiperplasia adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Kelenjar prostat mengitari leher kandung kemih dan urethra, sehingga hipertropi prostat sering menghalangi pengosongan kandung kemih.

B.  ETIOLOGI
BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun. Hasil pemeriksaan menunjukan adanya prostat yang berwarna kemerahan,dan tidak nyeri tekan . penyebab tidak pasti, tetapi bukti-bukti menunjukan bahwa hormone menyebabkan hyperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat.
Teori Sel Stem Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjaar periurethral dalam keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (steadystate). Sel baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena sesuatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormonal atau faktor pencetus yang lain maka sel stem tersebut akan dapat berproliferasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.
Teori yang mengatakan bahwa hiperplasia disebabkan oleh karena terjadinya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen, karena produksi testoteeron menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jarinagn adiposa di perifer. Perubahan konsentraasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.

C.  TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1.  Gejala Obstruktif yaitu :
a.       Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b.      Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c.       Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d.      Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

2.  Gejala Iritasi yaitu :
a.       Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b.      Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c.       Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

D.  PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom
Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Adanya obstruksi jalan kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi melemah, dan rasa belum puas selesai miksi. Gejala iritasi disebabkan oleh hipersentivitas otot detrusor, berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Keadaan ini membuat sistem scoring untuk menentukan beratnya keluhan klinik penderita hipertropi prostat.
Apabila vesica menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urine sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine di dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi

E.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Penegakkan diagnostikdilakukan dengan mempelajari riwayat dan melakukan pemeriksaan fisik disertai dengan pemakaian teknik pencitraan. Biopsy prostat dapat dibutuhkan untuk menyingkirkan adanya neoplasia.

F.  PENATALAKSANAAN
1.  Pembesaran prostat ringan dapat tidak diterapi, tetapi mengikuti prosedur “tunggu” dan “lihat”.
2.  Pembesaran prostat derajat sedang dapat diterapi dengan obat-obat yang memperkecil ukuran prostat; obat-obat ini bekerja dengan menghambat kerja androgen di prostat. Obat-obat lain melemaskan otot-otot kandung kemih dan prostat guna memperbaiki aliran urine. Kedua jenis obat ini dapat digunakan bersamaan.
3.  Tindakan bedah dengan invasivitas minimal berupa insisitransuretra prostat (transurethral incision of postate, TIUP).
4.  Mungkin perlu dipasang kateter permanen pada orang yang tidak ingin atau tidak dapat dioperasi.






G.  PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.  ELIMINASI
Gejala     : penurunan kekuatan/dorongan aliran urine;tetesan, Keragu-raguan pada berkemih awal, ISK berulang.
Tanda      : massa padat dibawah abdomen bawah, nyeri tekan kandung kemih.
2.  NYERI/KENYAMANAN
Gejala     : nyeri suprapubis,panggul atau punggung;tajam,kuat,nyeri punggung bawah.
3.  SEKSUALITAS
Gejala     : masalah tentang efek kondisi/terapi padakemampuan seksualitas,takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim.
Tanda      : pembesaran,nyeri tekan prostat.

H.  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1)  Diagnose keperawatan : retensi urine berhubungan dengan : obstruksi mekanik,pembesaran prostat,ketidakmamuan kandung kemih untuk berkotraksi dengan adekuat.

Tujuan     : berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih.



Tindakan/intervensi :

-   Tindakan     : Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
Rasional          : meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih.
-   Tindakan          : observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
Rasional          :berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
-   Tindakan     : perkusi/palpasi area suprapubis
Rasional          : distensi kandung kemih dapat dirasakan didaerah suprapubis.
-   Tindakan          : berikan rendam duduk sesuai indakasi
Rasional          : meningkatkan relaksasi otot,penurunan edema,dan dapat meningkatkan upya berkemih.

2)  Diagnose keperawatan: nyeri ( akut ) berhubungan dengan : iritasi mukosa, distensi kandung kemih, kolik ginjal infeksi urinaria,terapi radiasi.

Tujuan : mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.




Tindakan/intervensi :

-   Tindakan          : kaji nyeri, perhatikan lokasi,intensitas ( skala 0-10 ) lamanya.
Rasional          : memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/keefektifan intervensi.
-   Tindakan     : plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen (bila traksi tidak diperlukan)
Rasional          : mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-skrotal.
-   Tindakan     : pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
Rasional          : tirah baring mungkin diperlukan awal selama fase retensi akut. Namun, ambulansi dini dapat memperbaiki pola berkemih dan menghilangkan nyeri kolik.
-   Tindakan     : dorong menggunakan rendam duduk,sabun hangat untuk perineum.
Rasional     : meningkatkan relaksasi otot.

3)  Diagnose keperawatan : ketakutan/ansietas berhubungan dengan : perubahan status kesehatan; kemungkinan prosedur bedah/malignansi, malu/hilang martabat sehubungan dengan pemajanan genital sebelum,selama dan sesudah tindakan; masalah tentang kemampuan seksualitas.

Tujuan     : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.

Tindakan/intervensi :

-   Tindakan          : Selalu ada untuk pasien. Buat hubungan saling percaya dengan pasien/orang terdekat. 
Rasional          : menunjuukan perhatian dan keinginan untuk membantu dalam diskusi tentang sibjek sensitive.
-   Tindakan     : pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur/menerima pasien. Lindungi privasi pasien.
Rasional          : menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malu pasien.
-   Tindakan     : dorong pasien/orang terdeka untuk menyatakan perasaan/maslah.
Rasional          : mendefinisikan masalah,memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan,memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.
-   Tindakan          : beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya.
Rasional          : memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberian informasi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku saku Patofisiologi. Alih bahas : Nike Bhudi Subekti. Jakarta . EGC
www.kumpulan materi kuliah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar